Selasa, 14 Mei 2013

IDENTIFIKASI CIRI SPESIFIK SAPI PERAH LOKAL UNGGUL YANG DITERNAKKAN DI SENDANG KAB. TULUNGAGUN



A.     Judul

IDENTIFIKASI CIRI SPESIFIK SAPI PERAH LOKAL UNGGUL YANG DITERNAKKAN DI SENDANG KAB. TULUNGAGUNG

B.     Latar Belakang

Usaha peternakan sapi perah belakangan ini menjadi salah satu peluang usaha yang cukup menarik minat masyarakat, terutama di pedesaan. Di Kecamatan Sendang, sapi perah merupakan salah satu komoditas ternak andalan yang sangat potensial sebagai penghasil susu, sehingga menunjang perekonomian daerah. Hal ini disebabkan adanya daya dukung lahan, sarana dan prasarana budidaya sapi perah yang disediakan KUD Tani Wilis, serta peran aktif peternak anggota KUD tersebut yang sangat bagus. Populasi sapi perah mencapai 2.984 ekor, dengan produksi susu rata-rata 10 liter per ekor per hari.
            Upaya-upaya untuk meningkatkan produksi dan  kualitas air susu sapi perah perlu dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Seleksi merupakan salah satu cara perbaikan mutu genetik ternak dengan  mempertahankan keunggulanya. Secara umum seleksi pejantan telah dilakukan, karena peternak sudah menerapkan metode Inseminasi Buatan, sedangkan untuk induk belum dilakukan. Oleh karena itu identifikasi ciri spesifik  bangsa sapi perah lokal unggul perlu dilakukan agar prosuksi susu sapi di wilayah sendang dapat meningkat.

C.    Perumusan masalah

Sapi sapi yang dikembangkan di wilayah sendang termasuk jumlah populasi yang terbanyak sekabupaten tuluggung, namun produksinya kurang optimal. Metode IB pun telah diterapkan, namun mayoritas peternak kurang menyadari bahwa seleksi induk juga penting dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut dapatdirumuskan masalah apakah ada pengaruhnya jika dilakukan seleksi induk secara fenotip tehadap produksi susu.
D.    Tujuan Penelitian

·         Mengidentifikasi induk sapi perah yang unggul melalui ciri fisik ternak.
·         Memprediksi peningkatan produksi susu per tahun melalui seleksi induk.
·         Mendapatkan sapi yang unggul dan mempunygai produksi susu tinggi.
E.     Luaran yang Diharapakan

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pedoman bagi peternak tentang bagaimana cara meningkatkan produksi dan kualitas air susu, serta pengembangan percontohan seleksi induk sapi perah di peternakan rakyat secara sederhana dan aplikatif sehingga bermanfaat bagi pengembangan induk unggul peternakan rakyat lain di Indonesia dan sebagai masukan kebijakan dalam  rangka swasembada susu sapi di Indonesia bagi pemerintah.

F.     Manfaat penelitian

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan infrmasi dan pedoman bagi peternak tentang bagaimana cara meningkatkan produksi serta percontohan seleksi induk sapi perah di peternakan rakyat secara sederhana dan aplikatif sehingga bermanfaat bagi masyarakat.

G.    Tinjauan Pustaka

Sapi Frisien Holstein (FH) berasal dari Holland (Belanda) di Propinsi Friesland barat yang bersuhu sekitar 22°C, sapi ini di Amerika Serikat disebut Holstein Frisien. Bobot ideal sapi FH betina dewasa adalah 682 kg dan jantan dewasa 1.000 kg, sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibanding dengan sapi perah lainya (Sudono, dkk, 2003). Karakteristik sapi FH adalah bulunya berwarna  hitam dengan bercak  putih, bulu ujung ekor berwarna putih, bulu bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari atas turun ke bawah, mempunyai ambing yang kuat dan besar, kepala panjang dan sempit dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan.Produksi susu sapi perah FH di negara asalnya mencapai 6000-8000 kg/ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi  (Arbel dkk.,  2001).
Sebagian besar bangsa sapi perah Frisien Holstein (FH) yang dipelihara di Indonesia adalah hasil import dan hasil persilangan sapi FH dengan sapi lokal yang mempunyai identitas mirip sapi FH dengan ciri utama belang hitam putih, pada dahi terdapat warna putih berbentuk segitiga, dada, perut, bawah kaki dan ekor berwarna putih, kepala berbentuk panjang, lebar, halus dan produksi susunya lebih rendah dari sapi FH. Oleh karena itu sapi-sapi ini hidup pada daerah yang bersuhu 24-26°C dengan produksi yang lebih rendah dibandingkan sapi FH yang ada dinegara asalnya. Produksi rata-rata sapi perah di Indonesia hanya mencapai 10,7 liter per ekor per hari (3.264 liter per laktasi) (Chalid, 2006).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan kualitas air Susu

            Sapi perah setelah melahirkan pada awal laktasi produksi susu meningkat dengan cepat, dan puncak produksi susu dicapai pada hari ke 30-60, atau minggu ke 3-6, atau bulan ke 1-2. Setyelah puncak produksi dicapai, selanjutnya produksi susu cenderung menurun sampai sapi kering atau sapi dikeringkan. Pada saat produksi susu meningkat, kadar lemak dan kadar protein menurun. Sedang pada saat produksi susu menurun, kadar lemak dan kadar protein meningkat. Hubungan produksi susu dengan kadar lemak terjadi kerelasi negatif, artinya pada saat produksi susu mencapai puncaknya, kadar lemak terendah (Soetarno, 1999)
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu dan kualitas air susu :
a.    Faktor Genetik
b.   Pakan
c.    Tata laksana ( manajemen)
d.   Umur
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu tersebut, maka akan dapat diatasi atau diusahakan untuk lebih meningkatkan produksi dan kualitas air susu.

Seleksi atas dasar Nilai MPPA

Seleksi atas dasar nilai MPPA dimaksudkan untuk menduga kemampuan berproduksi dari suatu individu, atas dasar catatan produksi lebih dari satu laktasi (catatan dari laktasi 1,2, dan seterusnya). Adapun data produksinya harus disesuaikan/dikoreksi terhadap beberapa hal sebagai berikut: a. Panjang laktasi 305 hari, b. Pemerahan 2 kali sehari, c. Mature Equivalent (ME), D. Musim. Adapun nilai MPPA dapat dihitung dengan menggunakan rumus Lush (1945) sebagai berikut :

H.    Metode Penelitian

Materi penelitian
Materi penelitian adalah ternak sapi yang dipelihara oleh peternak di kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung dengan skala kepemilikan induk ≥5 ekor. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksploratif, peneliti mengambil dan mengumpulkan data dengan cara survey atau observasi di lapangan.

Data diperoleh dari hasil wawancara langsung ke peternak, eksplorasi dan data sekunder diperoleh dari instansi/lembaga yang berkaitan dengan tujuan yaitu di KUD Tani Wilis Sendang. Penentuan lokasi didasarkan pada daerah peternakan sapi perah yang ada diwilayah KUD Tani Wilis kecamatan Sendang.Adapun daerah yang dimaksud adalah Desa Sendang, Geger, Nglurup dan Nyawangan. Dengan skala kepemilikan paling sedikit 5 ekor induk sapi.

  Daftar pustaka

Soetarno, T. 1999. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Susilorini, T, E dan sawitri, M, E. 2007. Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Warwick, J, E. M. Astuti, W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.























A.     Judul

IDENTIFIKASI CIRI SPESIFIK SAPI PERAH LOKAL UNGGUL                                                                                                                  YANG DITERNAKKAN DI SENDANG KAB. TULUNGAGUNG

B.     Latar Belakang

Usaha peternakan sapi perah belakangan ini menjadi salah satu peluang usaha yang cukup menarik minat masyarakat, terutama di pedesaan. Di Kecamatan Sendang, sapi perah merupakan salah satu komoditas ternak andalan yang sangat potensial sebagai penghasil susu, sehingga menunjang perekonomian daerah. Hal ini disebabkan adanya daya dukung lahan, sarana dan prasarana budidaya sapi perah yang disediakan KUD Tani Wilis, serta peran aktif peternak anggota KUD tersebut yang sangat bagus. Populasi sapi perah mencapai 2.984 ekor, dengan produksi susu rata-rata 10 liter per ekor per hari.
            Upaya-upaya untuk meningkatkan produksi dan  kualitas air susu sapi perah perlu dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Seleksi merupakan salah satu cara perbaikan mutu genetik ternak dengan  mempertahankan keunggulanya. Secara umum seleksi pejantan telah dilakukan, karena peternak sudah menerapkan metode Inseminasi Buatan, sedangkan untuk induk belum dilakukan. Oleh karena itu identifikasi ciri spesifik  bangsa sapi perah lokal unggul perlu dilakukan agar prosuksi susu sapi di wilayah sendang dapat meningkat.

C.    Perumusan masalah

Sapi sapi yang dikembangkan di wilayah sendang termasuk jumlah populasi yang terbanyak sekabupaten tuluggung, namun produksinya kurang optimal. Metode IB pun telah diterapkan, namun mayoritas peternak kurang menyadari bahwa seleksi induk juga penting dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut dapatdirumuskan masalah apakah ada pengaruhnya jika dilakukan seleksi induk secara fenotip tehadap produksi susu.
D.    Tujuan Penelitian

·         Mengidentifikasi induk sapi perah yang unggul melalui ciri fisik ternak.
·         Memprediksi peningkatan produksi susu per tahun melalui seleksi induk.
·         Mendapatkan sapi yang unggul dan mempunygai produksi susu tinggi.
E.     Luaran yang Diharapakan

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pedoman bagi peternak tentang bagaimana cara meningkatkan produksi dan kualitas air susu, serta pengembangan percontohan seleksi induk sapi perah di peternakan rakyat secara sederhana dan aplikatif sehingga bermanfaat bagi pengembangan induk unggul peternakan rakyat lain di Indonesia dan sebagai masukan kebijakan dalam  rangka swasembada susu sapi di Indonesia bagi pemerintah.

F.     Manfaat penelitian

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan infrmasi dan pedoman bagi peternak tentang bagaimana cara meningkatkan produksi serta percontohan seleksi induk sapi perah di peternakan rakyat secara sederhana dan aplikatif sehingga bermanfaat bagi masyarakat.

G.    Tinjauan Pustaka

Sapi Frisien Holstein (FH) berasal dari Holland (Belanda) di Propinsi Friesland barat yang bersuhu sekitar 22°C, sapi ini di Amerika Serikat disebut Holstein Frisien. Bobot ideal sapi FH betina dewasa adalah 682 kg dan jantan dewasa 1.000 kg, sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibanding dengan sapi perah lainya (Sudono, dkk, 2003). Karakteristik sapi FH adalah bulunya berwarna  hitam dengan bercak  putih, bulu ujung ekor berwarna putih, bulu bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari atas turun ke bawah, mempunyai ambing yang kuat dan besar, kepala panjang dan sempit dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan.Produksi susu sapi perah FH di negara asalnya mencapai 6000-8000 kg/ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi  (Arbel dkk.,  2001).
Sebagian besar bangsa sapi perah Frisien Holstein (FH) yang dipelihara di Indonesia adalah hasil import dan hasil persilangan sapi FH dengan sapi lokal yang mempunyai identitas mirip sapi FH dengan ciri utama belang hitam putih, pada dahi terdapat warna putih berbentuk segitiga, dada, perut, bawah kaki dan ekor berwarna putih, kepala berbentuk panjang, lebar, halus dan produksi susunya lebih rendah dari sapi FH. Oleh karena itu sapi-sapi ini hidup pada daerah yang bersuhu 24-26°C dengan produksi yang lebih rendah dibandingkan sapi FH yang ada dinegara asalnya. Produksi rata-rata sapi perah di Indonesia hanya mencapai 10,7 liter per ekor per hari (3.264 liter per laktasi) (Chalid, 2006).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan kualitas air Susu

            Sapi perah setelah melahirkan pada awal laktasi produksi susu meningkat dengan cepat, dan puncak produksi susu dicapai pada hari ke 30-60, atau minggu ke 3-6, atau bulan ke 1-2. Setyelah puncak produksi dicapai, selanjutnya produksi susu cenderung menurun sampai sapi kering atau sapi dikeringkan. Pada saat produksi susu meningkat, kadar lemak dan kadar protein menurun. Sedang pada saat produksi susu menurun, kadar lemak dan kadar protein meningkat. Hubungan produksi susu dengan kadar lemak terjadi kerelasi negatif, artinya pada saat produksi susu mencapai puncaknya, kadar lemak terendah (Soetarno, 1999)
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu dan kualitas air susu :
a.    Faktor Genetik
b.   Pakan
c.    Tata laksana ( manajemen)
d.   Umur
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu tersebut, maka akan dapat diatasi atau diusahakan untuk lebih meningkatkan produksi dan kualitas air susu.

Seleksi atas dasar Nilai MPPA

Seleksi atas dasar nilai MPPA dimaksudkan untuk menduga kemampuan berproduksi dari suatu individu, atas dasar catatan produksi lebih dari satu laktasi (catatan dari laktasi 1,2, dan seterusnya). Adapun data produksinya harus disesuaikan/dikoreksi terhadap beberapa hal sebagai berikut: a. Panjang laktasi 305 hari, b. Pemerahan 2 kali sehari, c. Mature Equivalent (ME), D. Musim. Adapun nilai MPPA dapat dihitung dengan menggunakan rumus Lush (1945) sebagai berikut :

MPPA= -
Dimana :
n= jumlah pengamatan
r= ripitability produksi susu
p= rata-rata produksi susu individu yang di uji
p= rata-rata produksi susu kelompok/populasi/peternak.

H.    Metode Penelitian

Materi penelitian
Materi penelitian adalah ternak sapi yang dipelihara oleh peternak di kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung dengan skala kepemilikan induk ≥5 ekor. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksploratif, peneliti mengambil dan mengumpulkan data dengan cara survey atau observasi di lapangan.

Data diperoleh dari hasil wawancara langsung ke peternak, eksplorasi dan data sekunder diperoleh dari instansi/lembaga yang berkaitan dengan tujuan yaitu di KUD Tani Wilis Sendang. Penentuan lokasi didasarkan pada daerah peternakan sapi perah yang ada diwilayah KUD Tani Wilis kecamatan Sendang.Adapun daerah yang dimaksud adalah Desa Sendang, Geger, Nglurup dan Nyawangan. Dengan skala kepemilikan paling sedikit 5 ekor induk sapi.

Observasi Sapi Perah di Sendang
Kab.  Tulungagung
 
Skema:









 





















Analisa Data

Data yang diperoeh dari observasi yaitu ciri umum sapi perah secara fenotip disendang yang kemudian dibandingkan dengan ciri sapi perah impor. Data ciri sapi induk lokal selanjutnya dipersempit menjadi dua kelompok yaitu sapi produksi susu tinggi dan rendah.

I.       Jadwal pelaksanaan

Table 1. jadwal kegiatan
NO
Jeniskegiatan
Bulanke-
1
2
3
4
5
1
Persiapan





2
Survey lokasi penelitian





3
Penelitian di Desa sendang





4
Penelitian di Desa Geger





5
Penelitian di Desa Nglurup





6
Penelitian di Desa Nyawangan





7
Analisa data/diskusi





8
Pembuatan laporan kemajuan





9
Pembuatan laporan akhir











J.      Rincian Bilaya
K.    Tabel 2. Rincian Bilaya

no
jenis pengeluaran

jumlah
1
pengadaan alat dasn bahan



Sewa ternak 8 ekor
8x 500.000
Rp 4.000.000

2 Pita ukur
2x 25.000
Rp    50.000

2 Mistar Besar
45.000
Rp    90.000

Lain lain(alat tulis, sepatu boot,dsb)

Rp  260.000




2
Transportasi



Untuk 3 orang
3 x 300.000
Rp  900.000








3
dokumentasi



Foto

Rp  100.000

Rekaman video

Rp  150.000




4
Pengadaan proposal, laporan

Rp 300.000

dan penggandaan






5
Seminar hasil

Rp 400.000




6
lain lain

Rp 200.00
 


 
Total biaya

Rp 6.450.000








L.     Daftar pustaka

Soetarno, T. 1999. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Susilorini, T, E dan sawitri, M, E. 2007. Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Warwick, J, E. M. Astuti, W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar