A. Judul
IDENTIFIKASI
CIRI SPESIFIK SAPI PERAH LOKAL UNGGUL
YANG DITERNAKKAN DI SENDANG KAB. TULUNGAGUNG
B. Latar
Belakang
Usaha peternakan sapi
perah belakangan ini menjadi salah satu peluang usaha yang cukup menarik minat
masyarakat, terutama di pedesaan. Di Kecamatan Sendang, sapi perah merupakan
salah satu komoditas ternak andalan yang sangat potensial sebagai penghasil
susu, sehingga menunjang perekonomian daerah. Hal ini disebabkan adanya daya
dukung lahan, sarana dan prasarana budidaya sapi perah yang disediakan KUD Tani
Wilis, serta peran aktif peternak anggota KUD tersebut yang sangat bagus.
Populasi sapi perah mencapai 2.984 ekor, dengan produksi susu rata-rata 10 liter
per ekor per hari.
Upaya-upaya
untuk meningkatkan produksi dan kualitas
air susu sapi perah perlu dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Seleksi merupakan salah satu cara perbaikan mutu genetik ternak dengan mempertahankan keunggulanya. Secara umum
seleksi pejantan telah dilakukan, karena peternak sudah menerapkan metode
Inseminasi Buatan, sedangkan untuk induk belum dilakukan. Oleh karena itu identifikasi ciri spesifik bangsa sapi perah lokal unggul perlu
dilakukan agar prosuksi susu sapi di wilayah sendang dapat meningkat.
C.
Perumusan
masalah
Sapi
sapi yang dikembangkan di wilayah sendang termasuk jumlah populasi yang
terbanyak sekabupaten tuluggung, namun produksinya kurang optimal. Metode IB
pun telah diterapkan, namun mayoritas peternak kurang menyadari bahwa seleksi
induk juga penting dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut dapatdirumuskan
masalah apakah ada pengaruhnya jika dilakukan seleksi induk secara fenotip
tehadap produksi susu.
D.
Tujuan Penelitian
·
Mengidentifikasi induk sapi perah yang unggul
melalui ciri fisik ternak.
·
Memprediksi peningkatan produksi susu per tahun
melalui seleksi induk.
·
Mendapatkan sapi yang unggul dan mempunygai
produksi susu tinggi.
E.
Luaran yang
Diharapakan
Penelitian
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pedoman bagi peternak
tentang bagaimana cara meningkatkan produksi dan
kualitas air susu, serta pengembangan percontohan seleksi induk sapi perah di
peternakan rakyat secara sederhana dan aplikatif sehingga bermanfaat bagi
pengembangan induk unggul peternakan rakyat lain di Indonesia dan sebagai
masukan kebijakan dalam rangka
swasembada susu sapi di Indonesia bagi pemerintah.
F.
Manfaat
penelitian
Penelitian
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan infrmasi dan pedoman bagi peternak
tentang bagaimana cara meningkatkan produksi serta percontohan seleksi induk
sapi perah di peternakan rakyat secara sederhana dan aplikatif sehingga
bermanfaat bagi masyarakat.
G.
Tinjauan
Pustaka
Sapi Frisien Holstein
(FH) berasal dari Holland (Belanda) di Propinsi Friesland barat yang bersuhu
sekitar 22°C, sapi ini di Amerika Serikat disebut Holstein Frisien. Bobot ideal
sapi FH betina dewasa adalah 682 kg dan jantan dewasa 1.000 kg, sapi FH adalah
sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibanding dengan sapi perah lainya
(Sudono, dkk, 2003). Karakteristik sapi FH adalah bulunya berwarna hitam dengan bercak putih, bulu ujung ekor berwarna putih, bulu
bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari atas
turun ke bawah, mempunyai ambing yang kuat dan besar, kepala panjang dan sempit
dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan.Produksi susu sapi perah FH di
negara asalnya mencapai 6000-8000 kg/ekor/laktasi,
di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi (Arbel
dkk., 2001).
Sebagian
besar bangsa sapi perah Frisien Holstein (FH) yang dipelihara di Indonesia
adalah hasil import dan hasil persilangan sapi FH dengan sapi lokal yang mempunyai
identitas mirip sapi FH dengan ciri utama belang hitam putih, pada dahi
terdapat warna putih berbentuk segitiga, dada, perut, bawah kaki dan ekor
berwarna putih, kepala berbentuk panjang, lebar, halus dan produksi susunya
lebih rendah dari sapi FH. Oleh karena itu sapi-sapi ini hidup pada daerah yang
bersuhu 24-26°C dengan produksi yang lebih rendah dibandingkan sapi FH yang ada
dinegara asalnya. Produksi rata-rata sapi perah di Indonesia hanya mencapai
10,7 liter per ekor per hari (3.264 liter per laktasi) (Chalid, 2006).
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi dan kualitas air Susu
Sapi perah
setelah melahirkan pada awal laktasi produksi susu meningkat dengan cepat, dan
puncak produksi susu dicapai pada hari ke 30-60, atau minggu ke 3-6, atau bulan
ke 1-2. Setyelah puncak produksi dicapai, selanjutnya produksi susu cenderung
menurun sampai sapi kering atau sapi dikeringkan. Pada saat produksi susu
meningkat, kadar lemak dan kadar protein menurun. Sedang pada saat produksi
susu menurun, kadar lemak dan kadar protein meningkat. Hubungan produksi susu
dengan kadar lemak terjadi kerelasi negatif, artinya pada saat produksi susu
mencapai puncaknya, kadar lemak terendah (Soetarno, 1999)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi susu dan kualitas air susu :
a. Faktor
Genetik
b. Pakan
c. Tata
laksana ( manajemen)
d. Umur
Dengan
diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu
tersebut, maka akan dapat diatasi atau diusahakan untuk lebih meningkatkan
produksi dan kualitas air susu.
Seleksi atas dasar Nilai
MPPA
Seleksi atas dasar nilai MPPA
dimaksudkan untuk menduga kemampuan berproduksi dari suatu individu, atas dasar
catatan produksi lebih dari satu laktasi (catatan dari laktasi 1,2, dan
seterusnya). Adapun data produksinya harus disesuaikan/dikoreksi terhadap
beberapa hal sebagai berikut: a. Panjang laktasi 305 hari, b. Pemerahan 2 kali
sehari, c. Mature Equivalent (ME), D. Musim. Adapun nilai MPPA dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Lush (1945) sebagai berikut :
Materi
penelitian
Materi penelitian
adalah ternak sapi yang dipelihara oleh peternak di kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung dengan skala kepemilikan induk ≥5 ekor. Metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metode eksploratif, peneliti mengambil dan mengumpulkan data
dengan cara survey atau observasi di lapangan.
Data diperoleh dari
hasil wawancara langsung ke peternak, eksplorasi dan data sekunder diperoleh
dari instansi/lembaga yang berkaitan dengan tujuan yaitu di KUD Tani Wilis
Sendang. Penentuan lokasi didasarkan pada daerah peternakan sapi perah yang ada
diwilayah KUD Tani Wilis kecamatan Sendang.Adapun daerah yang dimaksud adalah
Desa Sendang, Geger, Nglurup dan Nyawangan. Dengan skala kepemilikan paling
sedikit 5 ekor induk sapi.
Anonimus, 2011. Sendang. http://kpmtulungagung.org/kecamatan/sendang.html
Soetarno, T. 1999. Manajemen Ternak Perah.
Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Susilorini, T, E dan sawitri, M, E. 2007. Produk
Olahan Susu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Warwick, J, E. M. Astuti, W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan
Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
A. Judul
IDENTIFIKASI
CIRI SPESIFIK SAPI PERAH LOKAL UNGGUL
YANG DITERNAKKAN DI SENDANG KAB. TULUNGAGUNG
B. Latar
Belakang
Usaha peternakan sapi
perah belakangan ini menjadi salah satu peluang usaha yang cukup menarik minat
masyarakat, terutama di pedesaan. Di Kecamatan Sendang, sapi perah merupakan
salah satu komoditas ternak andalan yang sangat potensial sebagai penghasil
susu, sehingga menunjang perekonomian daerah. Hal ini disebabkan adanya daya
dukung lahan, sarana dan prasarana budidaya sapi perah yang disediakan KUD Tani
Wilis, serta peran aktif peternak anggota KUD tersebut yang sangat bagus.
Populasi sapi perah mencapai 2.984 ekor, dengan produksi susu rata-rata 10 liter
per ekor per hari.
Upaya-upaya
untuk meningkatkan produksi dan kualitas
air susu sapi perah perlu dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Seleksi merupakan salah satu cara perbaikan mutu genetik ternak dengan mempertahankan keunggulanya. Secara umum
seleksi pejantan telah dilakukan, karena peternak sudah menerapkan metode
Inseminasi Buatan, sedangkan untuk induk belum dilakukan. Oleh karena itu identifikasi ciri spesifik bangsa sapi perah lokal unggul perlu
dilakukan agar prosuksi susu sapi di wilayah sendang dapat meningkat.
C.
Perumusan
masalah
Sapi
sapi yang dikembangkan di wilayah sendang termasuk jumlah populasi yang
terbanyak sekabupaten tuluggung, namun produksinya kurang optimal. Metode IB
pun telah diterapkan, namun mayoritas peternak kurang menyadari bahwa seleksi
induk juga penting dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut dapatdirumuskan
masalah apakah ada pengaruhnya jika dilakukan seleksi induk secara fenotip
tehadap produksi susu.
D.
Tujuan Penelitian
·
Mengidentifikasi induk sapi perah yang unggul
melalui ciri fisik ternak.
·
Memprediksi peningkatan produksi susu per tahun
melalui seleksi induk.
·
Mendapatkan sapi yang unggul dan mempunygai
produksi susu tinggi.
E.
Luaran yang
Diharapakan
Penelitian
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pedoman bagi peternak
tentang bagaimana cara meningkatkan produksi dan
kualitas air susu, serta pengembangan percontohan seleksi induk sapi perah di
peternakan rakyat secara sederhana dan aplikatif sehingga bermanfaat bagi
pengembangan induk unggul peternakan rakyat lain di Indonesia dan sebagai
masukan kebijakan dalam rangka
swasembada susu sapi di Indonesia bagi pemerintah.
F.
Manfaat
penelitian
Penelitian
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan infrmasi dan pedoman bagi peternak
tentang bagaimana cara meningkatkan produksi serta percontohan seleksi induk
sapi perah di peternakan rakyat secara sederhana dan aplikatif sehingga
bermanfaat bagi masyarakat.
G.
Tinjauan
Pustaka
Sapi Frisien Holstein
(FH) berasal dari Holland (Belanda) di Propinsi Friesland barat yang bersuhu
sekitar 22°C, sapi ini di Amerika Serikat disebut Holstein Frisien. Bobot ideal
sapi FH betina dewasa adalah 682 kg dan jantan dewasa 1.000 kg, sapi FH adalah
sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibanding dengan sapi perah lainya
(Sudono, dkk, 2003). Karakteristik sapi FH adalah bulunya berwarna hitam dengan bercak putih, bulu ujung ekor berwarna putih, bulu
bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna putih atau hitam dari atas
turun ke bawah, mempunyai ambing yang kuat dan besar, kepala panjang dan sempit
dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan.Produksi susu sapi perah FH di
negara asalnya mencapai 6000-8000 kg/ekor/laktasi,
di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi (Arbel
dkk., 2001).
Sebagian
besar bangsa sapi perah Frisien Holstein (FH) yang dipelihara di Indonesia
adalah hasil import dan hasil persilangan sapi FH dengan sapi lokal yang mempunyai
identitas mirip sapi FH dengan ciri utama belang hitam putih, pada dahi
terdapat warna putih berbentuk segitiga, dada, perut, bawah kaki dan ekor
berwarna putih, kepala berbentuk panjang, lebar, halus dan produksi susunya
lebih rendah dari sapi FH. Oleh karena itu sapi-sapi ini hidup pada daerah yang
bersuhu 24-26°C dengan produksi yang lebih rendah dibandingkan sapi FH yang ada
dinegara asalnya. Produksi rata-rata sapi perah di Indonesia hanya mencapai
10,7 liter per ekor per hari (3.264 liter per laktasi) (Chalid, 2006).
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi dan kualitas air Susu
Sapi perah
setelah melahirkan pada awal laktasi produksi susu meningkat dengan cepat, dan
puncak produksi susu dicapai pada hari ke 30-60, atau minggu ke 3-6, atau bulan
ke 1-2. Setyelah puncak produksi dicapai, selanjutnya produksi susu cenderung
menurun sampai sapi kering atau sapi dikeringkan. Pada saat produksi susu
meningkat, kadar lemak dan kadar protein menurun. Sedang pada saat produksi
susu menurun, kadar lemak dan kadar protein meningkat. Hubungan produksi susu
dengan kadar lemak terjadi kerelasi negatif, artinya pada saat produksi susu
mencapai puncaknya, kadar lemak terendah (Soetarno, 1999)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi susu dan kualitas air susu :
a. Faktor
Genetik
b. Pakan
c. Tata
laksana ( manajemen)
d. Umur
Dengan
diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kualitas air susu
tersebut, maka akan dapat diatasi atau diusahakan untuk lebih meningkatkan
produksi dan kualitas air susu.
Seleksi atas dasar Nilai
MPPA
Seleksi atas dasar nilai MPPA
dimaksudkan untuk menduga kemampuan berproduksi dari suatu individu, atas dasar
catatan produksi lebih dari satu laktasi (catatan dari laktasi 1,2, dan
seterusnya). Adapun data produksinya harus disesuaikan/dikoreksi terhadap
beberapa hal sebagai berikut: a. Panjang laktasi 305 hari, b. Pemerahan 2 kali
sehari, c. Mature Equivalent (ME), D. Musim. Adapun nilai MPPA dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Lush (1945) sebagai berikut :
MPPA= -
Dimana
:
n= jumlah pengamatan
r= ripitability produksi susu
p= rata-rata produksi susu individu yang
di uji
p= rata-rata produksi susu
kelompok/populasi/peternak.
H.
Metode
Penelitian
Materi
penelitian
Materi penelitian
adalah ternak sapi yang dipelihara oleh peternak di kecamatan Sendang Kabupaten
Tulungagung dengan skala kepemilikan induk ≥5 ekor. Metode yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metode eksploratif, peneliti mengambil dan mengumpulkan data
dengan cara survey atau observasi di lapangan.
Data diperoleh dari
hasil wawancara langsung ke peternak, eksplorasi dan data sekunder diperoleh
dari instansi/lembaga yang berkaitan dengan tujuan yaitu di KUD Tani Wilis
Sendang. Penentuan lokasi didasarkan pada daerah peternakan sapi perah yang ada
diwilayah KUD Tani Wilis kecamatan Sendang.Adapun daerah yang dimaksud adalah
Desa Sendang, Geger, Nglurup dan Nyawangan. Dengan skala kepemilikan paling
sedikit 5 ekor induk sapi.
|
Analisa
Data
Data yang diperoeh dari
observasi yaitu ciri umum sapi perah secara fenotip disendang yang kemudian
dibandingkan dengan ciri sapi perah impor. Data ciri sapi induk lokal
selanjutnya dipersempit menjadi dua kelompok yaitu sapi produksi susu tinggi
dan rendah.
I.
Jadwal
pelaksanaan
Table 1.
jadwal kegiatan
NO
|
Jeniskegiatan
|
Bulanke-
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
2
|
Survey
lokasi penelitian
|
|
|
|
|
|
3
|
Penelitian
di Desa sendang
|
|
|
|
|
|
4
|
Penelitian
di Desa Geger
|
|
|
|
|
|
5
|
Penelitian
di Desa Nglurup
|
|
|
|
|
|
6
|
Penelitian
di Desa Nyawangan
|
|
|
|
|
|
7
|
Analisa
data/diskusi
|
|
|
|
|
|
8
|
Pembuatan
laporan kemajuan
|
|
|
|
|
|
9
|
Pembuatan
laporan akhir
|
|
|
|
|
|
J.
Rincian Bilaya
K.
Tabel 2.
Rincian Bilaya
no
|
jenis pengeluaran
|
jumlah
|
|
1
|
pengadaan alat dasn bahan
|
|
|
|
Sewa ternak 8 ekor
|
8x 500.000
|
Rp 4.000.000
|
|
2 Pita ukur
|
2x 25.000
|
Rp 50.000
|
|
2 Mistar Besar
|
45.000
|
Rp 90.000
|
|
Lain lain(alat tulis, sepatu boot,dsb)
|
Rp 260.000
|
|
|
|
|
|
2
|
Transportasi
|
|
|
|
Untuk 3 orang
|
3 x 300.000
|
Rp 900.000
|
|
|
||
|
|
|
|
3
|
dokumentasi
|
|
|
|
Foto
|
|
Rp 100.000
|
|
Rekaman video
|
|
Rp 150.000
|
|
|
|
|
4
|
Pengadaan proposal, laporan
|
|
Rp 300.000
|
|
dan penggandaan
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Seminar hasil
|
|
Rp 400.000
|
|
|
|
|
6
|
lain lain
|
|
Rp 200.00
|
|
|
|
|
|
Total biaya
|
|
Rp 6.450.000
|
L.
Daftar
pustaka
Anonimus, 2011. Sendang. http://kpmtulungagung.org/kecamatan/sendang.html
Soetarno, T. 1999. Manajemen Ternak Perah.
Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Susilorini, T, E dan sawitri, M, E. 2007. Produk
Olahan Susu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Warwick, J, E. M. Astuti, W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan
Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar