PENDAHULUAN
Lesitin adalah komponen fosfolipida
utama berbagai membrane sel, lesitin sering digunakan sebagai fosfolid utama
pada pembuatan liposom. Pada suhu yang berbeda membrane lesitin akan mengalami
perubahan dari suatu fase ke fase yang lain. Pada susu yang tinggi membran
lesitin akan berubah dari fase padat atau gel menjadi fase Kristal-cair.
Lesitin digunakan secara komersil
untuk keperluan pengemulsi dan atau pelumas,
dari farmasi
hingga bahan pengemas. Dalam aplikasinya, lesitin berada dalam kuning telur dan
paling sering digunakan sebagai agen emulsifier yang dapat mencampur minyak dan
air, seperti pada mayones. Hal tersebut dapat terjadi karena lesitin mempunyai
kepala yang bersifat hidrofilik dan ekor yang bersifat hidrofobik.
Lesitin pada telur didominasi oleh
kandungan fosfatidil kolina yang tinggi, gliserolfosfolipid, rantai panjang
asam lemak tak jenuh, asam arakidonat, dan kandungan DHA yang tidak terdapat
pada sumber lesitin lainya (seperti kacang-kacangan).
Salah satu pemanfaatan
lesitin pada produk pangan adalah untuk cookies. Cookies adalah makanan
ringan yang digemari dan sering dikonsumsi oleh masyarakat. Lesitin pada
cookies dapat memperbaiki teksturnya sehingga lebih lembut. Hal ini sesuai
pendapat Hartomo
dan Widiatmoko (1993), bahwa lesitin dapat digunakan pada cookies untuk
memperbaiki tekstur.
Rumusah
Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan
cookies ?
2. Bagaimana analisa organoleptik
dan daya patah cookies ?
3. Bagaimana pengaruh kosentrasi
lesitin yang berbeda pada kualitas cookies ?
Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembuatan cookies.
2. Untuk mengetahui analisa
organoleptik dan daya patah cookies .
3. Untuk mengetahui pengaruh kosentrasi lesitin yang berbeda pada
kualitas cookies ?
3.1 Proses
Pembuatan Cookies
Cookies atau kue kering dapat digolongkan menjadi
jenis adonan dan jenis busa. Yang tergolong jenis adonan misalnya kue kering
manis, sedangkan contoh dari jenis busa misalnya sponge dan cake.
Bahan untuk membuat kue kering terdiri atas bahan
penikat seperti jaung, air, susu bubuk, telur dan bahan pelembut seperti gula,
shortening atau magarin, bahan pengembang (soda kue dan baking powder) dan
kuning telur. Keempukan dan kelembutan kue kering (cookies) ditentukan oleh
terutama tepung terigu, gula dan lemak.
Tahapan
pembuatan.
1.
Bahan-bahan ditimbang dengan formulasi
yang telah ditetapkan.
2.
Gula halus, kuning telur, lesitin dan
susu skim, dicampur dengan mixer hingga membentuk krim dengan mixer
berkecepatan tinggi, dengan waktu selama 10 menit.
3.
Tepung beras merah, tepung tempe kacang
tanah, dan tepung maizena, ditambahkan ke dalam adonan sambil dicampur dengan
mixer dengan berkecepatan sedang selama 5 menit.
4.
Loyang kue yang telah diolesi dengan
margarin disiapkan, kemudian adonan dicetak di atas loyang dengan ukuran tebal
3mm, dan diameter 4 cm.
5.
Adonan yang telah dicetak dipanggang ke
dalam oven dengan suhu 1700C, selama 20 menit.
3.2 Analisa
Daya Patah dan Organo Leptik Cookies
Daya Patah.
Nilai
daya patah yang semakin tinggi ditandai dengan produk semakin keras, sedangkan
nilai daya patah yang rendah ditandai dengan produk tersebut lunak. Pada cookies yang
memiliki kandungan tepung beras yang tinggi, maka memiliki nilai daya patah
yang tinggi, karena kandungannya adalah amilosa. Amilosa merupakan struktur pati
dalam karbohidrat, yang berpengaruh terhadap tekstur bahan makanan. Amilosa
yang terdapat di dalam beras merah memiliki nilai sekitar 20%, hal ini dapat
menyebabkan pengaruh terhadap daya patah produk. Amilosa merupakan struktur
yang tidak bercabang.
Kandungan
amilosa dan amilopektin pada jenis beras akan mempengaruhi lengket tidaknya
beras. Semakin rendah amilosanya, maka kandungan amilopektinnya akan semakin
tinggi, dan menghasilkan beras yang lengket. Sebaliknya beras yang hasilnya
tidak terlalu lengket berasal dari kandungan amilosa yang sedang. Ketika
kandungan amilosa meningkat, menunjukkan bahwa kandungan airnya tinggi,
sehingga untuk daya patahnyabernilai rendah. Sedangkan ketika kandungan amilosa
beras lebih kecil, menandakan bahwa kadar airnya bernilai besar, dan daya
patahnya adalah rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (2002), bahwa kandungan
amilosa pada beras, akan menentukan tingkat kepulenan beras tersebut. Beras
dengan kandungan amilosa yang kecil, maka hasilnya adalah nasi yang lekat.
Analisa
Organoleptik
Rasa
Pengaruh konsentrasi
lesitin yaitu penggunaan lesitin yang berlebihan menghasilkan rasa yang sedikit
pahit, namun dalam hal ini pengaruh tersebut tidak tampak karena konsentrasi
yang terdapat di dalam cookies sangat kecil. Menurut Hartomo dan
Widiatmoko (1993), penambahan lestin pada produk pangan bisa mencapai 0,3% dari
jumlah tepung dan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasa makanan kering.
Rasa juga sangat
dipengaruhi oleh bahan bahan lain, Pada tepung tempe kacang tanah, mengandung
flavor kacang-kacangan, sehingga menghasilkan rasa yang khas. Sedangkan pada
beras merah memiliki rasa yang sedikit sepah.
Aroma
Aroma yang terdapat pada
tepung tempe kacang tanah ini menyebabkan cookies memiliki aroma khas kacang
tanah. Aroma tersebut timbul sama halnya ketika kacang tanah dipanggang, yaitu
timbulnya aroma kacang yang sedikit gosong. Aroma ini timbul akibat reaksi
maillard yang menghasilkan aroma dan warna yang khas pada makanan yang
dipanggang. Menurut Apriyantoro (2009), reaksi maillard akan menimbulkan warna
dan aroma yang khas pada produk, terutama dengan produk yang menggunakan kacang-kacangan
sebagai bahan utama maupun bahan tambahannya.
Warna
Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi warna pada cookies.
Faktor-faktor tersebut, antara lain warna yang terdapat dalam bahan baku seperti
beras merah, tempe kacang tanah dan juga lesitin, serta reaksi yang terjadi pada
saat proses pemanggangan, yang dapat merubah warna dengan terjadinya reaksi-reaksi
antara senyawa bahan makanan, seperti warna coklat yang berasal dari reaksi
maillard dan juga karamelisasi.
Kebanyakan orang lebih memilih warna cookies yang lebih cerah, yang berasal
dari cookies dengan kandungan tepung beras merah 80%. Warna tersebut berasal
dari antosianin yang terdapat pada beras merah. Sehingga ketika terjadi penambahan
proporsi tepung beras merah, maka kecenderungan kecerahan akan meningkat dan
mempengaruhi warna cookies, sehingga panelis menyukai produk dengan warna yang
lebih cerah. Menurut Kumalaningsih (2006), antosianin merupakan sekelompok zat berwarna
kemerahan yang larut di dalam air, dan bersumber dari tanaman seperti bunga,
buah, atau sayur. Antosianin memiliki pigmen berwarna merah, oranye, ungu atau
biru.
2.3 Pengaruh
Penggunaan Lesitin yang Berbeda
Penggunaan lesitin yang berbeda
menghasilkan cookies yang berbeda pula. Kosentrasi lesitin yang digunakan dapat
0,2% samapai 5%. Lesitin ditambahkan untuk memperbaiki tekstur dari cookies.
Sesuai dengan pendapat Menurut Hartomo dan Widiatmoko (1993),
lesitin dapat digunakan pada cookies untuk memperbaiki tekstur. Semakin
tinggi kosentrasi lesitin yang digunakan (5%) akan menghasilkan tekstur yang
lebih lunak, namun berpenaruh pada rasa, karena akan menghasilkan rasa yang
pahit pada cookies.
Titanium Dive Knife
BalasHapusThe Titanium titanium bracelet Dive Knife, designed titanium bolt in 1912 by William Heskins, is a high-end stainless steel knife, dental implants with a weight and shape. The knife is made of stainless titanium piercings steel.Handle titanium ore terraria Length: 3 inchesHandle Material: SteelItem Weight: 2.99 pounds